Saat itu. Suhu cuaca sepertinya sedang tak ingin menyombongkan diri dengan suhu tingginya yang membakar kulit. Ia timbul dengan suhu rendah yang mungkin serendah-rendahnya bagiku, karena baru saja sang hujan reda setelah menjatuhkan diri kurang lebih tiga jam lamanya. Saat itu. Sang fajar telah tak nampak lagi karena telah lengser oleh arus pergantian waktu siang menuju malam. Saat itu. Jam yang menempel kuat didinding itu telah menunjukkan angka terbesar sekaligus terkecilnya dalam kurun waktu 24 jam.
Saat itu. Kehidupan di desa sebagian besar mulai terhenti, namun tetap ada sebagian bapak yang ber-skak-ster-ria di pos-pos ronda atau siskamling setempat. Tetapi di kota, hingar bingarnya masih saja tetap terasa. Saat itu. Pasukan kupu-kupu nakal tengah beraksi. Ditemani nyamuk-nyamuk genit, kucing-kucing belang dan keong-keong racun serta binatang-binatang lain yang entah diklasifikasikan kemana, bertebaran saling memangsa dan dimangsa.
Saat itu. Waktu ketika cinta terasa begitu mempesona menggoda, merayu kawula muda yang dimabuk cinta. Ketika kasih sayang menjadi poin utama bagi yang berhak dan sahih. Masa-masa ketika kaum-kaum yang melakukan pencarian makna hidup dengan mengejar kenikmatan dunia, tengah beraksi.
Saat itu. Distributor-distributor tengah mendistribusikan pangan, sayur-mayur, dan buah-buahan dari petani menuju langganan-langganannya, pedagang-pedagang yang telah siap sedia menanti di pasar-pasar untuk kemudian berkecimpung dalam dunia jual beli yang sengit. Serta berbenturan dengan paham masyarakat yang menganggap, “semua harganya kok pada naik?”. Yang bertutur dengan nada menyalahkan pedagang yang tak tau menahu tentang masalah tersebut .
Saat itu. Ketika bayi-bayi menangis karena tak kuat menahan dingin waktu itu. Atau karena sedih melihat rumah-rumah mereka yang terendam banjir?. Atau karena sedih ketika sebagian pihak menghabiskan waktu berdebat tentang suatu masalah tetapi tak pernah melakukan aksi nyata dalam penyelesaian masalah tersebut?. Tidak mungkin... karena mereka hanya menangis ketika merasa tidak nyaman akan sesuatu. Atau merasakan sesuatu?. Karena. Saat itu. Waku ketika mitos dan mistis yang terbentuk oleh paradigma masyarakat yang berpandangan bahwa di masa-masa ini hal-hal tersebut banyak terjadi. Fenomena-fenomena diluar nalar yang tak sesuai logika, hal-hal yang mungkin tidak bisa diterima oleh golongan kaum rasionalisme.
Saat itu. Ketika penegak-penegak hukum, pejuang-pejuang kebenaran, pihak-pihak berwajib serta pahlawan-pahlawan yuridis tengah menjalankan kewajiban mereka. Menjaga, mengawasi, mengamankan serta menertibkan hal-hal yang seharusnya dijaga, diawasi diamankan serta ditertibkan. Saat dimana hukum rimba berlaku, saat dimana mayoritas kegelapan tak tersentuh cahaya, saat dimana pemakan uang rakyat tengah asyik berlayar ke pulau kapuk diatas ranjang empuk nan hangat mereka. Waktu ketika kaum-kaum yang dianggap sampah masyarakat tengah memaksakan diri untuk lelap dengan beralaskan bumi beratapkan langit berdinding bangunan-bangunan yang mulai usang tergerus masa, ditengah menusuknya suhu waktu itu.
Saat dimana mahasiswa-mahasiswa, agent-agent of change itu tengah sibuk bertarung melawan kantuk guna menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan sistem kebut semalamnya. Saat dimana mahasiswa-mahasiswa yang disebut aktivis itu, masih celang ketika melakukan gulat pemikiran, adu pendapat dan transaksi gagasan. Ditemani secangkir kopi di genggaman masing-masing sebagai penghangat suasana guna melawan suhu yang ketika itu sedang rendah hati.
Aku. Saat itu?. Saat itu!. Saat itu... aku tengah asyik bersafari dalam dunia mimpi,,, dan tiba-tiba aku terperanjat dari kasur kapukku!. Seakan terjatuh dari pohon beringin yang tinggi dengan dahan rindang dan akar gantungnya yang lebat. Karena seekor nyamuk yang dengan genit mengecup pipi kananku. Ditambah suhu dingin yang menusuk tulang. Saat itulah aku melihat ternyata jendela kamarku terbuka. Aku ketahui, hujan yang mulai turun di awal safariku kini telah berlalu. Kulihat jam menunjukkan tepat pukul 24.00 WIB. Aku tutup jendela kamarku. Kemudian. Saat itu. aku menarik selimut tebalku lalu melanjutkan safariku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar