Jumat, 16 Juni 2017

Lebaran Mengembalikan Ke-Jahiliyah-an



Hari raya adalah saat yang ditunggu untuk bertemu dengan kerabat sehingga sebaiknya digunakan untuk acara keluarga. Inilah saat yang tepat untuk saling menanyakan kabar, berbagi cerita, berdiskusi  mencari solusi jika ada masalah dalam keluarga, makan dan minum bersama termasuk berbagi hadiah jika memang ada dll. Sungguh saat-saat yang sangat indah dan menyenangkan. Kita bisa saling menasihati untuk melakukan berbagai kebaikan dan mencegah dari keburukan.
Berlebaran dengan saling berkunjung ke kerabat  saat ini mulai agak tergeser dengan tren berlebaran dengan pergi ke tempat wisata.  Tentu ini sangat disayangkan sekalipun sebenarnya boleh-boleh saja mengajak keluarga ke tempat wisata.  Mengunjungi  kerabat baik dekat maupun jauh untuk menjalin silaturahmi tentu jauh lebih bernilai  daripada pergi berwisata.
Lagi pula, pergi ke tempat wisata sering melalaikan seseorang dari ketaatan kepada Allah SWT. Yang sering didapatkan dari berwisata adalah rasa  capek dan habisnya uang. Shalat, tak jarang terlupakan. Kalau pun ingat shalat, sulit juga  melakukannya karena biasanya fasilitas shalat di tempat wisata sangat tidak memadai. Bahkan banyak   tempat-tempat wisata yang dibalut kemaksiatan.  Misalnya pantai atau kolam renang yang banyak dipenuhi  dengan orang berpakaian minim bahkan hampir telanjang, bercampur baur di satu tempat, dengan berbagai aktivitas yang tak layak dilakukan di depan umum seperti berpelukan laki-laki dan perempuan, bercengkerama, berpacaran dll.  Lebaran berbalut maksiat…….sungguh menyedihkan……..
Inilah  bukti derasnya  arus sekuleritas (bersifat duniawi atau kebendaan (bukan bersifat keagamaan atau kerohanian)) dan liberalisme (paham yang bersifat bebas) yang telah mengubah gaya hidup, pola pikir dan pola sikap islami yang seharusnya dimiliki oleh umat muslim. Baru sehari atau dua hari  meninggalkan bulan Ramadhan yang penuh dengan suasana takwa, mereka sudah kembali kepada suasana sekuleristik. Yaitu suasana yang mendorong umat memisahkan agama dari kehidupan mereka. Taat kepada Allah dianggap cukup dilakukan di bulan Ramadhan saja. Usai Ramadhan, banyak  muslim kembali larut dalam arus kejahiliyahan. Mereka kembali kepada pemikiran liberalisme yang mengagungkan kebebasan. Tak peduli lagi dengan halal haram. Lepas, bebas tanpa kendali syariat. Inikah hasil dari puasa sebulan penuh yang telah mereka lakukan? Begitu puasa usai, ketaatan pun selesai.
Saatnya bagi kita sekarang untuk merenung, akankah hal ini terulang setiap tahun? Mari kita jadikan mudik yang sudah seperti ritual tahunan umat Islam Indonesia ini  lebih bermakna dengan meniatkannya untuk menjalin silaturahim yang diperintahkan Allah dan RasulNya. Menjalankannya dengan penuh suasana takwa, bukan  semata-mata untuk bersenang-senang. Dan yang terpenting, senantiasa terikat dengan semua aturan Islam dalam perjalanan mudik  maupun berbagai kegiatan dan acara keluarga yang digelar saat mudik.

Mudik, Tradisi Budaya atau Ibadah Syariat?



Idul Fitri sebentar lagi. Banyak umat Islam di tanah air  yang biasa merayakannya dengan pulang kampung, bertemu keluarga, orang tua dan saudara  dengan perasaan senang bercampur haru. Sungguh sebuah kegembiraan yang tak tergantikan dengan apapun. Ada yang rela menghabiskan uang untuk membeli tiket yang harganya naik berlipat-lipat. Ada yang menghabiskan waktu perjalanan di  bis, kereta, kapal semalaman bahkan kadang ada yang berhari-hari untuk sampai di tempat tujuan. Tak terbayangkan bukan, betapa melelahkannya berbagai aktivitas mudik ini dan berapa rupiah uang yang dihabiskan untuk budaya ini, bahkan ada yang sampai berhutang sekedar untuk biaya mudik dan berlebaran di kampung halaman.
Mudik, bertemu dengan kerabat, menjalin hubungan baik dengan mereka  adalah bagian dari silaturahim yang diperintahkan Allah dan RasulNya. Abu Ayyub al Anshari ra menuturkan “Seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku perbuatan yang dapat memasukkanku ke dalam surga’. Orang-orang berkata, “Ada apa dengannya, ada apa dengannya?” Rasulullah saw bersabda “Bukankah Tuhan bersamanya?” kemudian beliau melanjutkan “Engkau menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menjalin silaturahim(HR Bukhari).
Islam sangat mencela orang yang memutuskan hubungan silaturahim. Rasulullah SAW pernah  bersabda “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan silaturahim” (HR Muslim melalui sanad Jubair bin Muth’im).
Upaya  menghubungkan tali silaturahim adalah amalan yang sangat mulia. Anas bin Malik menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda “Siapa saja yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan usianya, hendaklah ia menghubungkan tali silaturahimnya“.  Menghubungkan tali silaturahim yang dimaksud di hadist ini adalah dengan kerabat yang sudah putus silaturahim. Ini dipahami dari sabda  Rasulullah SAW  “Bukanlah orang yang menghubungkan tali silaturahim itu adalah yang membalas hubungan baik. Akan tetapi, orang yang menghubungkan tali silaturahim itu adalah orang yang ketika diputuskan silaturahimnya, dia menyambungkan kembali hubungan itu” (HR Bukhari, dari jalur sanad Abdullah bin ‘Amr).
Jelas sudah bahwa kita diperintahkan untuk menjalin silaturahim kepada kerabat. Pemahaman masyarakat saat ini tentang makna silaturahim sebagai menjalin hubungan baik dengan teman, tetangga, rekan kerja, atau bahkan kepada orang non muslim (yang tidak ada hubungan kerabat) adalah menyimpang dari anjuran  Islam. Menjalin hubungan baik dengan sesama muslim memang diperintahkan dalam Islam tetapi bukan dalam rangka menjalin silaturahim tetapi  menjalin persaudaraan sesama muslim (shilah ukhuwah).
Silaturahim seharusnya dilakukan kepada seluruh kerabat. Islam telah menjadikan kerabat ada dua macam  : Pertama, Kerabat yang mewarisi seseorang jika orang tersebut meninggal. Yang termasuk di sini adalah orang yang berhak mendapatkan warisan (ashhabul furudh) dan para ‘ashabah. Ke dua, Kerabat yang hanya memiliki hubungan silaturahim (dzawil arham) dan tidak  mendapatkan warisan. Allah SWT memerintahkan untuk menjalin hubungan silaturahim dan berbuat kebaikan kepada mereka semua..

Dengan demikian, maka budaya mudik untuk bertemu  kerabat, kemudian saling memberi hadiah atau oleh-oleh dll adalah suatu aktivitas kebaikan yang bernilai ibadah karena termasuk dalam cakupan menjalin silaturahim.

Kamis, 08 Juni 2017

Kepiting


Mau tahu caranya memancing kepiting? Gampang kok!.
Seutas tali yang diberi kerikil sebagai pemberat dikaitkan diujung sebatang bambu. Tali yang diberi pemberat dimasukkan kedekat kepiting yang akan kita pancing. Pemberat di senggol-senggolkan ke badan kepiting hingga kepitingnya marah. Karena marah kepiting akan menjepit tali pemberat tersebut dengan sangat kencang. Nah, setelah itu tinggal kita angkat pancingannya.
Lalu selanjutnya bagaimana?
Kepiting kita masukkan ke wajan yg telah berisi air mendidih. Karena kaget, kepiting akan melepas jepitannya. Nah, mudah kan memancing kepiting.
Kenapa kepiting mudah kita tangkap? 
Karena dia selalu marah & tersinggung saat digoda.
Kemarahan seringkali tidak memberi hasil yang efektif, selain “Rasa Puas Sesaat” bagi yang menjalankannya, dan “Rasa Penyesalan Berkepanjangan”.
Jarang kita bisa marah dengan bijaksana. Kebanyakan justru marah secara membabi buta & sekedar melampiaskan emosi. Hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah, malah justru memperbesar masalah.
Supaya kita tidak mudah terperangkap dalam kemarahan yang merugikan diri sendiri, cobalah menghindar dari kemarahan yang tidak perlu, tahan emosi, alihkan perhatian. Tarik nafas dalam-dalam dan setelah itu tersenyumlah.
Selamat kita terlepas dari kemarahan yang sangat merugikan...

Maknanya...
Jangan Sering marah. Nanti seperti kepiting, bisa dipancing orang. Rugi besar kan.. Bisa kehilangan berkat, teman / jabatan & keuntungan yg lain. Dan ini yg terpenting: hindari menggoda / menyakiti orang sehingga menimbulkan amarah orang lain. Bisa menahan emosi dengan mengendalikan diri tanpa meluapkan kemarahan adalah BIJAK. Bisa membuat orang tidak marah / tersinggung, malahan bisa membuatnya senantiasa tersenyum, berbahagia, dan bersukacita; barulah BIJAKSANA.

Rabu, 31 Mei 2017

Saat Itu

Saat Itu
Saat itu. Suhu cuaca sepertinya sedang tak ingin menyombongkan diri dengan suhu tingginya yang membakar kulit. Ia timbul dengan suhu rendah yang mungkin serendah-rendahnya bagiku, karena baru saja sang hujan reda setelah menjatuhkan diri kurang lebih tiga jam lamanya. Saat itu. Sang fajar telah tak nampak lagi karena telah lengser oleh arus pergantian waktu siang menuju malam. Saat itu. Jam yang menempel kuat didinding itu telah menunjukkan angka terbesar sekaligus terkecilnya dalam kurun waktu 24 jam.
Saat itu. Kehidupan di desa sebagian besar mulai terhenti, namun tetap ada sebagian bapak yang ber-skak-ster-ria di pos-pos ronda atau siskamling setempat. Tetapi di kota, hingar bingarnya masih saja tetap terasa. Saat itu. Pasukan kupu-kupu nakal tengah beraksi. Ditemani nyamuk-nyamuk genit, kucing-kucing belang dan keong-keong racun serta binatang-binatang lain yang entah diklasifikasikan kemana, bertebaran saling memangsa dan dimangsa.
Saat itu. Waktu ketika cinta terasa begitu mempesona menggoda, merayu kawula muda yang dimabuk cinta. Ketika kasih sayang menjadi poin utama bagi yang berhak dan  sahih. Masa-masa ketika kaum-kaum yang melakukan pencarian makna hidup dengan mengejar kenikmatan dunia, tengah beraksi.
Saat itu. Distributor-distributor tengah mendistribusikan pangan, sayur-mayur, dan buah-buahan dari petani menuju langganan-langganannya, pedagang-pedagang yang telah siap sedia menanti di pasar-pasar untuk kemudian berkecimpung dalam dunia jual beli yang sengit. Serta berbenturan dengan paham masyarakat yang menganggap, “semua harganya kok pada naik?”. Yang bertutur dengan nada menyalahkan pedagang yang tak tau menahu tentang masalah tersebut .
Saat itu. Ketika bayi-bayi menangis karena tak kuat menahan dingin waktu itu. Atau karena sedih melihat rumah-rumah mereka yang terendam banjir?. Atau karena sedih ketika sebagian pihak menghabiskan waktu berdebat tentang suatu masalah tetapi tak pernah melakukan aksi nyata dalam penyelesaian masalah tersebut?. Tidak mungkin... karena mereka hanya menangis ketika merasa tidak nyaman akan sesuatu. Atau merasakan sesuatu?. Karena. Saat itu. Waku ketika mitos dan mistis yang terbentuk oleh paradigma masyarakat yang berpandangan bahwa di masa-masa ini hal-hal tersebut banyak terjadi. Fenomena-fenomena diluar nalar yang tak sesuai logika, hal-hal yang mungkin tidak bisa diterima oleh golongan kaum rasionalisme.
Saat itu. Ketika penegak-penegak hukum, pejuang-pejuang kebenaran, pihak-pihak berwajib serta pahlawan-pahlawan yuridis tengah menjalankan kewajiban mereka. Menjaga, mengawasi, mengamankan serta menertibkan hal-hal yang seharusnya dijaga, diawasi diamankan serta ditertibkan. Saat dimana hukum rimba berlaku, saat dimana mayoritas kegelapan tak tersentuh cahaya, saat dimana pemakan uang rakyat tengah asyik berlayar ke pulau kapuk diatas ranjang empuk nan hangat mereka. Waktu ketika kaum-kaum yang dianggap sampah masyarakat tengah memaksakan diri untuk lelap dengan beralaskan bumi beratapkan langit berdinding bangunan-bangunan yang mulai usang tergerus masa, ditengah menusuknya suhu waktu itu.
 Saat dimana mahasiswa-mahasiswa, agent-agent of change itu tengah sibuk bertarung melawan kantuk guna menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan sistem kebut semalamnya. Saat dimana mahasiswa-mahasiswa yang disebut aktivis itu, masih celang ketika melakukan gulat pemikiran, adu pendapat dan transaksi gagasan. Ditemani secangkir kopi di genggaman masing-masing sebagai penghangat suasana guna melawan suhu yang ketika itu sedang rendah hati.
Aku. Saat itu?. Saat itu!. Saat itu... aku tengah asyik bersafari dalam dunia mimpi,,, dan tiba-tiba aku terperanjat dari kasur kapukku!. Seakan terjatuh dari pohon beringin yang tinggi dengan dahan rindang dan akar gantungnya yang lebat. Karena seekor nyamuk yang dengan genit mengecup pipi kananku. Ditambah suhu dingin yang menusuk tulang. Saat itulah aku melihat ternyata jendela kamarku terbuka. Aku ketahui, hujan yang mulai turun di awal safariku kini telah berlalu. Kulihat jam menunjukkan tepat pukul 24.00 WIB. Aku tutup jendela kamarku. Kemudian. Saat itu. aku menarik selimut tebalku lalu melanjutkan safariku.

Senin, 29 Mei 2017

Resume Buku Komunikasi islam Dr. Harjani Hefni (Full BAB)


Nama                          : Haidar Ramananda 
NIM                            : 11631060 
Jurusan                       : Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)  
Fakultas                      : Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah (FUAD)
Perguruan Tinggi        : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak

Resume Buku
Komunikasi Islam
“Dr. Harjani Hefni, Lc., M. A.”

Bab 1                                                                                                                         
PENGERTIAN, RUANG LINGKUP,
DAN MANFAAT MEMPELAJARI
KOMUNIKASI ISLAM
A.           Pendahuluan
Jika kita bertanya kepada seseorang tentang faktor melejitnya karier orang tertentu dalam waktu relatif cepat, hampir bisa dipastikan bahwa diantara jawabannya adalah karena orang tersebut memiliki kecakapan dalam berkomunikasi. Kalau ada mahasiswa yang kuliah diluar negeri lalu tidsak bisa menjalani perkuliahan dengan baik, pasti yang dijadikan kambing hitamnya adalah komunikasi, karena dosennya menggunakan bahasa yang tidak familiar dengan bahasa yang dia pelajari.
Apa sebenarnya komunikasi sehingga seolah-olah semua permasalahan ujung-ujungnya dialamatkan kepadanya? Lalu kenapa harus diembel-embeli dengan Islam dibelakangnya? Apakah ada perbedaan yang signifikn antara komunikasi yang ada dengan komunikasi Islam?
Dalam bab pertama ini akan dibahas tentang definisi komunikasi islam, ruanglungkup kajiannya dan urgensi mempelajari Komunikasi Islam. Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan mampu:
1.    Memahami dan menjelaskan makna komunikasi secara umum.
2.    Memahami dsdan menjelaskan makna Komunikasi Islam.
3.    Memahami dan menjelaskan persamaan dan perbedaan antara komunikasi umum dengan komunikasi Islam.
4.    Memahami tentang ruang lingkupkajian komunikasi Islam.
5.    Memahami dan menjelaskan tentang urgensi komunikasi Islam dalam kehidupan Muslim.
6.    Mengetahui tentang kontribusi komunikasi Islam dalam ilmu komunikasi secara umum.
B.            Definisi Komunikasi Islam
1.             Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris comunication. Di antara arti komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku. Komunikasi juga diartikan sebagai cara untuk mengomunikasikan ide dengan pihak lain, baik dengan berbincang-bincang, berpidato, menulis, maupun melakukan korespondensi.
Dalam bahasa Arab, komunikasi sering menggunakan isatilah  tawashul dan  ittishal. Komunikasi (ittishal) adalah melakukan cara yang terbaik dan menggunkan sarana yang terbaik untuk memindahkan informasi, makana, rasa, dan pendapat kepada pihak lain dan mmengaruhi pendapat mereka serta meyakinkan mereka dengan apa yang kita inginkan apakahdengan menggunakan bahasa atau dengan yang lain.
Kalau merujuk kepada kata dasar “washala” yang artinya sampai,  tawashul artinya adalah proses yang dilakukan oleh dua pihak untuk saling bertukar informasi sehingga pesan yang disamoaikan dipahami atau sampai kepada dua belah pihak yang berkomunikasi. Jika komunikasi hanya terjadi dari satu arah tidak bisa dikatakan tawashul. Adapun kata ittishal secara bahasa lebih menekankan kepada sapek ketersambungan pesan, tidak harus terjadi komunikasi dua arah. Jika salah satu pihak menyampaikan pesan dan pesan itu sampai dan bersambung dengan pihak yang dimaksud, maka pada saat itu sudah terjadi komunikasi dalam istilah ittishal.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Terjdimya hubungan dan kontak antara dua orang atu lebih juga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sudah disebut komunikasi.
Dr. Halah al-Jamal mengatakan komunikasi adalah upaya manusia untuk menampilkan hubungan yang terbaik dengan penciptanya, dengan dirinya, dan dengan sesama manusia.
Dalam buku Sasa Djuarsa Sendjaya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi dijabarkan tujuh definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Definisi tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikastor) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lain (khalayak).
2.    Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi melalui penggunaan simbol-simbol seperti kaya-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain.
3.    Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa?(Who, Says what? In which channel? To whom? With what effect?).
4.    Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki seseorang menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
5.    Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan  untuk mengurangi rasa ketidakpastian bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
6.    Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan suatu bagian degan bagian lainnya dalam kehidupan.
7.    Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat memengaruhi pikiran orang lain.
Komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses berbagi dan membagi pengalaman dengan tujuan untuk saling memengaruhi.
2.             Definisi Islam
Kata Islam dalam buku al-Ta’rifat karya al-Jurjaini diartikan sebagai kerendahan dan ketundukan terhadap apa yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW. Abdul Karim Zaidan dalam Ushul al-Dakwah memaparkan banyak sekali definisi tentang Islam. Di antaranya:
1.    Islam adalah bersyahadat bahwa tiada ilah selain Allah dan muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa ramadhan dan menunaikan ibadah haji.
2.    Islam adalah kerendahan, penyerahan diri dan ketundukan kepada Allah Robbul Alamin.
3.    Islam adalah sistem umum dan peraturan lengkap tentang urusan kehidupan, serta panduan meniti kehidupan dan segala konsekuensi dari penerimaan atau penolakan terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
4.    Islam adalah kumpulan seluruh nilai yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh manusia, baik hukum aqidah, akhlak, ibadah, muamalah, serta berita-berita yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan As-sunnah.
5.    Islam adalah jawaban yang benar dan tepat untuk menjawab tiga pertanyaan prinsip yang selalu menyibukkan akal manusia dan selalu muncul dalam pikiran mereka sepanjang masa: dari mana kita berasal, untuk apa kita hadir di muka bumi ini, dan kemana tempat kembali? Islam menjawab pertanyaan pertama bahwa manusia berasal dari Allah yang menciptakan manusia dari dua perpaduan utama jasad dan ruh. Jasad di ciptakan dari tanah serta roh berasal dari Allah. Jawaban pertanyaan kedua, tujuan utama hidup manusia di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Jawaban pertanyaan ketiga, kemana kita akan kembali, Islam menjawab bahwa setelah kehidupan dunia ada kehidupan abadi di akhirat, dan manusia akan menempati salah satu dari dua tempat yang disediakan untuk mereka, yaitu surga buat yang beriman dan beramal saleh selama di dunia, dan neraka untuk yang kufur dan meanggar aturan-aturan Allah.
6. Islam adalah roh yang sebenarnya bagi manusia, cahya dalam meniti jalan, obat segala penyakit,dan jalan yang lurus yang akan memberikan keselamatan  bagi penggunanya.
Islam menurut bahasa secara umum artinya adalah tunduk, menyerahkan diri kepada Allah, damai, serta selamat. Damai dan selamat adalah tujuan, sedangkan sarananya adalah tunduk dan menyerahkan diri dengan seluruh aturan Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan yang paling pokok diantaranya adalah rukun Islam.
3.             Makna Komunikasi Islam
Komunikasi Islam adalah komunikasi yang dibangun atas prinsip-prinsip islam yang memiliki roh kedamaian, keramahan dan keselamatan.
Berdasarkan informasi dari Al-Qur’an dan As-sunnah ditemukan bahwa komunikas islam adalah komunikasi yang berupaya untuk membangun hubungan dengan diri sendiri, dengan Sang Pencipta, serta dengan sesama untuk menghadirkan kedamaian, keramahan, dan keselamatan untuk diri dan lingkungan dengan cara tunduk dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Tindakan apapun dalam komunikasi yang membuat hati seseorang menjadi rusak atau sakit orang menjadi sakit atau luka bertentangan dengan roh komunikasi dalam Islam.
Karena itu, komunikasi Islam dalam buku ini bukan hanya sekedar pemberin label Islam unutk komunikasi. Lebih jauh dari itu, buku ini bertujuan untuk membuka wawasan pembaca bahwa islam sangat peduli dengan komunikasi yang menyelamatkan, meskipun secara sistematis sebagaai sebuah ilmu belum mapan sebagaimana ilmu komunikasi yang sudah ada.
C.           Ruang Lingkup Kajian Komunikasi Islam
Objek kajian ilmu Komunikasi islam terdiri dari tiga paket kajian yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Tiga paket kajian itu adalah komunikasi manusia dengan Allah, komunikasi manusia dengan dirinya sendiri, dan komunikasi manusia dengan yang lainnya. Tiga bentuk komunikasi ini merupakan warisan dari ajaran agama secara universal.
D.           Manfaat Mempelajari Ilmu Komunikasi Islam
Kehadiran ilmu komunikasi islam bertujuan untuk membimbing kaum muslimin secara khusus dan manusia secara umum agar mampu membangun komunikasi dengan Pencipta mereka, dengan diri sendiri, serta dengan sesama dengan prinsip-prinsip Islam. Dengan panduan agama, maka komunikasi akan berjalan sesuai dengan alur yang ditentukan oleh Allah.
Komunikasi yang terjalin dengan prinsip komunikasi Islam akan menghadirkan kedamaian dan keselamatan, baik untuk diri komunikan maupun untuk masyarakat secara umum. Jika umat Islam melakukan komunikasi dengan niat ikhlas untuk menjalin silaturahmi dan meningkatkan kualitas hubungan positif dengan sesama manusia, maka mereka tidak hanya mendapatkan keuntungan dunia, tetapi juga akan mendapatkan pahala akhirat.
BAB 2
SUMBER ILMU KOMUNIKASI ISLAM
A.           Pendahuluan
Sebagai sebuah ilmu, komunikasi islam memiliki sumber utama yang sangat potensial untuk digali, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Meskipun tidak terkumpul dalam satu tempat, tetapi bahan baku ilmu komunikasi islam yang terdapat dibanyak tempat dalam Al-Quran dan As-Sunnah sangat memungkinkn untuk memformat ilmu komunikasi islam secara sistematis sehingga menjadi ilmu yang mudah dimanfaatkan oleh akademisi dan masyarakat umum.
Selain Al-Quran dan As-Sunnah kitab-kitab sumber dan referensi para ulama islam, serta ilmu komunikasi umum yang bisa menjadi bahan baku yang bisa diolah untuk membangun ilmu komunikasi islam.
B.            Sumber-sumber Komunikasi Islam
1.             Al-Qur’an
Definisi Al-Qur’an
Al-Qur’an ditinjau dari segi etimologis merupakan bentuk mashdar dari kata qara’a-yaqra’u-qira’atan-wa qur’anan. Kata qara’a berarti menghimpun dan menyatukan. Jadi menurut bahasa Al-Qur’an adalah himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang menjadi satu ayat, himpunan ayat-ayat menjadi surat, himpunan surat menjadi mushaf Al-Qur’an. Disamping bermakna menghimpun, Al-Qur’an dengan akar kata qara’a,bermakna tilawah atau membaca. Jika dua makna bahasa ini dipadukan, maka Al-Qur’an artinya adalah himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca.
Secara terminologi Al-Qur’an didefinisikan, “Firman Allah yang menjadi mukjizat abadi pada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan kepada Rasulullah SAW yang tertulis dalam mushaf, diturunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar”.
Definisi di atas mengandung lima makna penting:
1)   Al-Qur’an adalah firman Allah SWT (QS. An-Najm (53): 4) Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Karena firman Allah yang mulia, maka menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber rujukan utama komunikasi Islam akan membuat ilmu ini menjadi ilmu yang mulia.
2)   Al-Qur’an adalah mukjizat, tidak ada kata dan bacaan yang mampu menandinginya. Menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber ilmu komunikasi Islam akan membuat teori-teori ilmu ini menjadi kukuh.
3)   Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu ke dalam hatinya melalui malaikat Jibril a.s (QS. Asy-Syu’ara (26): 192-194). Allah memilih hati Nabi Muhammad SAW karena dianggap yang paling layak untuk ditempati Al-Qur’an yang suci.
4)   Al-Qur’an disampaikan secara mutawatir. Al-Qur’an dihafal dan ditulis oleh banyak sahabat sehingga mustahil terjadinya persekongkolan adanya penambahan atau pengurangan dalam teksnya. Lalu, secara turun temurun Al-Quran itu diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak ke orang bannyak.
5)   Membacanya Al-Qur’an bernilai ibadah, bahkan setiap huruf diganjar oleh Allah dengan sepuluh kebaikan.
Fungsi Al-Qur’an
1)   Al-Qur’an sebagai Huda (petunjuk).
Fungsi Al-Quran sebagai petunjuk di sebutkan banyak sekali dalam Al-Quran. Allah berfirman:
“sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar yang gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS. Al-Israa’ (17): 9)
Al-Quran seolah-olah GPS yang berfungsi memandu manusia dalam perjalanan mengarungi kehidupan agar sampai ketujuan dengan selamat.
Di antara aktivitas yang memerlukan panduan Al-Quran adalah komunikasi, karena setiap manusia sangat tergantung kepadanya dalam menjalani kehidupan ini, bahkan sebelum mereka lahir di bumi.
2)   Al-Qur’an sebagai Furqan (pembeda).
Al-Qur’an sebagai al-furqan (pembeda) menunjukkan kepada manusia mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang halal dan mana yang haram. (QS.al-Baqarah : 185).
Sifat Al-Qur’an sebagai furqan menegaskan bahwa ada hal yang menjadi ciri khas kaum Muslimin yang membedakannya dengan selain mereka. Kekhasan Islam secara umum tersebut juga termanifestasikan  dalam ajaran-ajaran yang bersifat khusus seperti ilmu komunikasi. Di antara kekhasan Islam dalam ilmu komunikasi Islam adalah: meyakini bahwa komunikasi adalah bagian dari ibadah kepada Allah, bukan sekedar untuk kepuasan diri dan menyenang kan orang lain. Seorang muslim harus meniatkan segala perbuatan baiknya untuk beribadah, karena tugas utama keberadaan manusia di muka bumi ini adalah ibadah.
Menjalankan agama yang lurus jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
Dengan keyakinan ini seorang mukmin bersemangat untuk membangun komunikasi yang positif dan takut melakukan tindakan yang merusak.
Pesan-pesan yang baik (kalimat thayyibah) yang disampaikan seseorang memiliki kekuatan menembus relung hati manusia dan bahkan membuahkan hasil yang menakjubkan.
Diantara kekhasan komunikasi islam adalah mewujudkan rasa selalu diawasi oleh malaikat saat mengucapkan kata-kata. Bahwa setiap perkataan kita diawasi dan dicatat oleh para malaikat (QS. Qaf: 18)
3)   Al-Qur’an sebagai Syifa’(obat).
Jika iman seseorang lemah dan godaan dari luar besar, biasanya hati akan hancur lebur. Rasulullah SAW menjamin  bahwa Allah tidak menurunkan satupun penyakit di muka bumi ini kecuali menurunkan juga obatnya. Salah satu obat yang Allah persiapakan untuk manusia adalah Al-Quran. Fungsi Al-Quran sebagai obat terdapat dalam firman Allah:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus (10): 57).
Ibnu al-Qayyim (w. 751 H) mengatakan bahwa seluruh Al-Quran adalah obat, tidak ada obat yang lebih besar dan lebih luas manfaatnya daripada Al-Quran.
4)   Al-Qur’an sebagai rahmat
Bentuk kasih sayang Allah yang paling besar kepada manusia adalah diturunkannya Al-Quran. Allah berfirman:
“(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Quran”. (QS. Ar-Rahman (55): 1-2).
Komunikasi yang mampu menghubungkan apa yang kita maksud dengan apa yang ditangkap oleh orang lain adalah rahmat besar darri Allah terhadap manusia. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana kita akan hidup dengan nyaman andaikan apa yang kita maksudkan selalu tidak sama dengan apa yang orang lain maksudkan.
Sumber dan Referensi
Rujukan utama dibidang tafsir adalah:
1)   Jami’ al-bayan fi Tafsir Al-Qur’an atau Tafsir at-Tabari disusun oleh Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at-Tabari.
2)   Ma’alim at-Tanzil ditulis oleh Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud bin Muhammad al-Farra al-Baghawi.
3)   Tafsir Al-Qur’an al-Azim disusun oleh Ibnu Katsir.
4)   Al-Durr al-Mantsur fi at-Tafsir al-Ma’tsur karya al-Suyuti terdiri atas enam jilid.
5)   Mafatih al-Gaib disusun oleh Fakhruddin al-Razi
6)   Tafsir Jalalain disusun oleh Jalaludin al-Mahalli dan Jalaludin As-Suyuti.
7)   Ruh al`ma’ani fi Tafsir Al-Quran al-Azmi wa as-Sab’i al-Matsani disusun oleh Syihabuddin Mahmud al-Alusi.
8)   Al-Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa asy-Syari’ah wa al-Manhaj disusun oleh Wahbah az-Zuhaili.
9)   Al-Furqon ditulis oleh A. Hasan.
10) Tafsir al-Azhar karya Hamka.
11) An-Nur karya Hasbi Ash-Shiddiqqie.
12) Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab.
13) Al-Quran dan Tafsirnya. Disusun oleh sebuah tim yang dibentuk Menteri Agama. Tim ini disebut Dewan Penyelenggara Penafsiran Al-Quran.
Ayat-ayat yang terkait dengan komunikasi
1)        Ayat tentang Hiwar dan Jidal (QS. Al-Mujaadilah (58): 1)
2)        Ayat tentang Bayan (QS. Ar-Rahman (55): 1-4)
3)        Ayat tentang Tadzkir (QS. Al-A’la (87): 9)
4)        Ayat tentnag Tabligh (QS. Al-Ma’idah (5): 67)
5)        Ayat tentang Busyra (QS. Yunus (10): 62-64).
6)        Ayat tentang Indzar (QS. Ar-Ra’d (13): 7)
7)        Ayat tentang Ta’aruf (QS. A-Hujurat (49): 13)
8)        Ayat tentang Tawashi (QS. Al-Baqarah (2): 133)
2.             As-Sunnah
Definisi As-Sunnah
1)   Al-Sirah au al-Thariqah, Hasanah am Sayyiah. Sirah dan Thariqah berarti jalan kehidupan atau metode, yang baik ataupun yang buruk.
2)   Al-thariqah al-mahmudah al-mustaqimah, yaitu jalan kehidupan atau metode yang lurus dan terpuji.
Dalam terminologi Muhadditsin, As-sunnah didefinisikan,” Sesuatu yang didapat dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat jasmani atau prilaku, serta sirah beliau sebelum atau sesudah diutus.
Fungsi Sunnah
Fungsi Sunnah adalah sebagai tafsir bagi Al-Qur’an, mengungkap rahasia yang dikandungnya, dan menjelaskan kehendak Allah SWT dalam perintah-perintah-Nya atau larangan-larangan-Nya. Al-Qur’an sangat membutuhkan Sunnah, karena tanpa sunnah banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang sulit untuk dipahami, dan tidak bisa dimengerti maksudnya, tetapi tidak demikian sebaliknya, karena walaupun tanpa Al-Qur’an, As-Sunnah sudah bisa dipahami dengan sendirinya.
Sumber dan Referensi
1)      Shahih al-Bukhari
2)      Shahih Muslim
3)      Sunan Abu Daud
4)      Sunan al-Nasa’i
5)      Sunan Tirmidzi
6)      Sunan Ibnu Majah
3.             Kitab-kitab Para Ulama
1)   Kitab Ihya ‘Ulumuddin karya Imam Abu Hamid Al-Ghazali.
2)   Minhaj al-Qashidin Karya al-Maqdisi.
3)   Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi.
4)   Kitab ‘Afat al-Lisan fi Dhau Al-Qur’an wa As-Sunnah karya Said bin Ali bin Wafh Al-Qathani.
5)   Adab al-lisan karya Abu Anas Majid al-Nabkhi
4.             Ilmu Komunikasi
Tiga pokok pikiran utama:
1)      Objek pengamatan yang jadi fokus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia.
2)      Ilmu komunikasi bersifat ilmiah empiris (scientific) dalam arti pokok-pokok pikiran dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk teori-teori) harus berlaku umum.
3)      Ilmu komunikasi bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang.
4)      Secara umum ilmu komunikasi adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melaui suatu penelitian tentang sistem, protes, dan pengaruhnya yang dapat dilakukan secara rasional dan sistematis, serta kebenarannya dapat diuji dan digeneralisaikan.
Bab 3
BEBERAPA KONSEP DASAR
KOMUNIKASI ISLAM
1.             Komunikasi Ada Sejak Manusia Ada
komunikasi pertama adalah komunikasi adam dengan Allah SWT. Hal ini terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al- Baqarah ayat 31-33. Dalam ayat ini Allah mengajarkan kosa kata kepada nabi Adam as. Dan masih banyak lagi ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang hal ini.
Diantara pelajaran yang dapat kita ambil berdasarkan informasi dari Al-Quran dalam hal ini, adalah:
a.    Komunikasi sudah disiapkan oleh Allah sejak manusia pertama diciptakan.
b.    Perangkat komunikasi paling penting yang diciptakan Allah, pendengaran, penglihatan, dan fu’ad (hati).
c.    Dengan perangkat komunikasi, Adam mendapatkan kesempatan terhormat untuk berkomunikasi dengan Allah, Sang Pencipta. Ini adalah bentuk komunikasi manusia dengan penciptanya.
d.    Manusia memerlukan teman untuk berkomunikasi, buat berbagi rasa dan untuk mendapatkan ketenangan hidup. Untuk mewujudkan tujuan tersebut Allah menciptakan Hawwa. Komunikasi Adam dan Hawwa adalah bentuk komunikasi dengan sesama manusia.
e.    Jumlah kosa kata yang di ajarkan Allah kepada Adam. informasi ini menunjukan bahwa kosakata yan gdi ajarkan Allah kepada Adam sangat banyak, sehingga memungkinkannya untuk mengomunikasikan  semua hal yang beliau inginkan.
f.     Komunikasi lain yang terjadi pada manusia adalah komunikasi dalam diri yang di pengaruhi oleh bisikan baik dari malaikat ataupun bisikan buruk yan gberasal dari setan. Dengan bisikan itu manusia bisa baik dan bisa juga buruk.
2.             Komunikasi Terkait Dengan Pandangan Islam Terhadap Manusia
       Manusia makhluk empat dimensi: sebagai makhluk Allah, sebagai diri sendiri, sebagai makhluk yang hidup dengan sesama dan sebagai makhluk yang hidup di alam semesta.
Empat dimensi diatas melahirkan empat jenis komunikasi, komunikasi dengan Allah, komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi dengan sesama manusia, dan komunikasi dengan alam sekitarnya.
3.             Komunikasi adalah Kebutuhan Dasar Hidup Manusia
Kebutuhan sandang, pangan, dan papan tidak mungkin terwujud tanpa komunikasi. Begitu juga dengan kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri tidak mungkin diwujudkan tanpa komunikasi.
4.             Komunikasi adalah Wujud dari Kasih Sayang Allah Terhadap Manusia
Di antara bentuk bentuk rahmat dan wujud kasih sayang Allah kepada seluruh manusia adalah kemampuan berkomunikasi dengan sesama dengan berbagai macam bahasa. Dengan komunikasi manusia mampu menjalin kasih.
5.             Komunikasi Bertujuan untuk Saling Mengenal Antar Manusia Buat Mewujudkan Semangat Takwa.
Hal ini di jelaskan dalam QS. Al-Hujurat (49): 13. Allah menciptakan manusia menjadi beragam suku dan bangsa agar manusia saling mengenal ta’aruf.
Ditutupnya ayat di atas dengan kalimat “inna akramakum ‘indallah alqakum” (sesungguhnya orang yang mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian) mengisyaratkan bahwa ta’aruf seorang muslim dengan orang lain seharusnya membawa dampak positif (nilai-nilai takwa) bagi orang-orang di sekitarnya.
6.             Komunikasi Bertujuan untuk Menebar Semangat Silm (Kedamaian dan Kenyamanan)
Akhir dari proses komunikasi adalah mengantarkan manusia untuk merasakan kehidupan yang damai dan nyaman (silm).
7.             Komunikasi adalah Paket
Hati, lisan, dan anggota tubuh. Hati yang berkehendak diungkapkan oleh lisan dan dilakukan oleh anggota tubuh
8.             Komunikasi Memiliki Efek Dunia dan Akhirat
Karena besarnya pengaruh komunikasi (hingga memiliki efek dunia dan akhirat), maka kita perlu berpikir sebelum berkomunikasi, apakah membawa dampak positif atau negatif terhadap diri kita dan orang lain.
Bab 4
ISTILAH-ISTILAH KOMUNIKASI
DALAM AL-QURAN DAN HADIS
A.           PENDAHULUAN
Dalam Al-quran dan hadis di temukan cukup banyak istilah-istilah yan gterkait dengan ilmu komunikasi. Diantara istilah tersebut adalah lafadz, qaul, kalam, nuthq, naba’, khabar, hiwar, jidal, bayan, tadzkir, tabsyir, indzar, tahridh, wa’adz, dakwah, ta’aruf, tawashi, tabligh, dan irsyad.
B.            JENIS PESAN
Deddy Mulyana mengatakan bahwa pesan adalah seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi.
1.             Pesan Verbal
Kata, baik yang terucap maupun yang tertulis.
a)   Lafadz
Menurut bahasa lafadz artinya melempar. Disebut lafadz karena bunyi yang kita keluarkan dari mulut ibarat bunyi atau simbol yang kita lemparkan dari mulut kita. Lafadz dipahami sebagai pesan yang paling sederhana yang keluar dari lisan seseorang yang dapat dipahami maknanya.
b)   Qaul
Qaul adalah kata, yang mengandung makna dan keluar dari lisan atas dasar kesengajaan dan kesengajaan penuh dari orang yang mengucapkan.
Menurut Ibnu Mandzur, “qaul” adalah lafaz yang diucapkan oleh lisan baik maknanya sempurna ataupun tidak. Qaul bisa berarti kata atau bisa juga berarti kalimat, karena kata yang maknanya sempurna dalam bahasa Indonesia disebut dengan kalimat.
1)   Qaul dalam Al-Quran
a)    Qaulan Ma’rufan
Adalah Lafadz atau ungkapan yang baik, ramah, tidak kasar, tidak menyinggung perasaan orang, tidak kotor, dan tidak mengandung nafsu orang yang mendengarkannya untuk berbuat jahat.
b)    Qaulan Kariman
Berarti perkataan yang mulia dan berharga. Qaulan Kariman adalah ungkapan yang indah dan penuh dengan adab sehingga orang yang diajak bicara merasa bahagia, dihormati, dan dimuliakan.
c)     Qaulan Maysuran
Menurut bahasa artinya perkataan yang mudah. Yaitu perkataan yang menyenangkan, memberikan harapan kepada orang dan tidak menutup peluang mereka untuk mendapatkan kebaikan dari kita.
d)    Qaulan Balighan
Yaitu perkataan yang sampai kepada maksud, berpengaruh dan berbekas kepada jiwa.
e)     Qaulan Layyinan
Secara bahasa berarti ungkapan yang lemah lembut. Qaulan Layyinan adalah upaya untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang lunak, tidak memvonis, mengingatkan tentang sesuatu yang disepakati seperti kematian, dan memanggilnya dengan panggilan yang dia sukai.
f)     Qaulan Sadidan
Menurut bahasa berarti perkataan yang benar dan tepat sasaran sesuai kondisi.
g)     Qaulan Tsaqilan
Perkataan yang berat. Secara umum perkataan yang berat maksudnya adalah Al-Quran, karena di dalamnya terkandung tugas-tugas yang berat bagi orang yang mukalaf (mendapatkan tugas) terutama Rasulullah SAW. Dalam konteks komunikasi berarti berbobot dan penuh makna, memiliki nilai yang mendalam, memerlukan perenungan untuk memahaminya, dan bertahan lama.
h)    Qaulan ‘Adziman
Artinya perkataan yang besar. Kata-kata yang besar maksudnya di sini, kata-kata yang besar kekejiannya, besar kelancangannya, besar kedustaannya
i)      Ahsanu Qaulan
Perkataan yang paling baik. Yaitu perkataan yang menyeru untuk beriman kepada Allah, beramal saleh, dan menyatakan diri sebagai seorang yang tunduk dengan aturan Allah SWT.
c)    Kalimat
Susunan lafadz yang mengandung makna yang sempurna.
Kalimat dalam Al-Qur’an
a)    Kalimatullah
Artinya Kalimat Allah, yaitu agama Allah, hukum Allah, syariat Allah, dan segala hal yang bersumber dari Allah baik perintah maupun larangan.
b)   Kalimat alladzina kafaru
adalah kalimat orang-orang yang mengingkari kebenaran. Kalimat ini bertentangan dengan kalimatullah. Kalimat orang yang mengingkari kebenaran adalah rendah, tidak memiliki kualitas yang baik, mudah tercabut dan terpatahkan.
c)    Kalimatun sawa’                               
Secara bahasa artinya kalimat yang sama. Kaliatun sawa’ adalah upaya untuk mencari titik temu sebanyak-banyaknya, karena persamaan jauh lebih banyak dari perbedaan.
d)   Kalimat al-Kufr
Kalimat yang mengandung makna pengingkaran terhadap kebenaran, atau mengandung unsur pelecehan terhadap nilai-nilai kebenaran dan orang-orang yang membawa nilai kebenaran.
e)    Kalimat al-Taqwa
Menurut bahasa artinya kalimat yang berfungsi untuk melindungi. Berfungsi melindungi orang yang mengucapkannya dari perbuatan syirik dan berfungsi untuk melindungi orang dari kehidupan hina di dunia dan azab di akhirat.
f)    Kalimatal-Tayyibah
Secara bahasa berarti enak bersih dan tumbuh. Yaitu kalimat yang baik memiliki pengaruh yang kuat serta menghujam ke dalam jiwa dan juga. Juga  enak didengar, tidak kotor, produktif dan menumbuhkan semangat orang yang mendengarnya untuk melakukan apa yang dia dengar atau baca. Kalimat ini berfungsi untuk memotivasi orang melakukan kebaikan dan mencegah mereka melakukan kerusakan.
g)   Kalimat al-Khabitsah
Secara bahasa artinya kalimat yang buruk, jelek, kotor, hina, rusak, dan rendah.
2.             Pesan Nonverbal
Pesan nonlinguistik yang diisyaratkan oleh anggota tubuh untuk menunjukan sikap dan penampilan.
C.           Kekuatan Pesan
1.             Naba’
a.              Kata naba’ dalam Al-Qur’an
Ditemukan beberapa ayat yang menggunakan kata naba’ dalam al-Quran: an-Naba’ :2, QS al-An’am : 34 dan 67, QS al-Qasash :3, QS an-Naml : 22, al-Hujurat: 6.
b.             Naba’ dan Urgensi Pesan
            Naba’ adalah jenis berita yang mempunyai pengaruh yang luas dan besar.
2.             Khabar
Khabar adalah berita yang dipindahkan dari orang lain dan bisa juga bersumber dari diri sendiri dan mengandung dua kemungkinan, benar atau salah.
3.             Hadis
Kabar dari Allah, berita dari rasul atau perkataan yang bersumber dari manusia biasa.

D.           Metode penyampaian pesan
1.             Hiwar
Metode penyampaian pesan dengan berdiskusi yang berlangsung antara dua pihak atau lebih dengan tujuan untuk meluruskan pandangan, menampilkan hujjah, menetapkan kebenaran, menghilangkan subhat, dan mengembalikan orang yang salah pemahamannya kepada kebenarannya.
2.             Jidal
Metode dalam berkomunikasi untuk mempertahankan  pendapat atau membuat pendapat yang kita yakini kebenarannya unggul dibandingkan pendapat lainnya. Atau berdebat.
3.             Bayan
Kemampuan menyampaikan pesan dengan baik sehingga orang mudah memahaminya.
4.             Tadzkir
Metode penyampaian pesan dengan cara mengingatkan dan pemilihan kata yang tepat sehingga orang mudah memahaminya. Digunakan ketika ada orang yang lupa.
5.             Tabligh
Upaya dari seorang pembicara atau pemberi isyarat untuk menyampaikan pesan atau maksud kepada pendengar atau orang yang diajak berkomunikasi.
6.             Tabsyir
Menyampaikan kabar  bahagia dan gembira bertujuan untuk memberikan motivasi kepada orang-orang yang baik agar bertahan dalam kebaikan atau semakin bersemangat meningkatkan kualitas kebaikannya.
7.             Indzar
Menyampaikan pesan dengan cara mengingatkan yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa takut dan kehati-hatian, baik untuk diri komunikator maupun komunikan.
8.             Ta’aruf
Metode penyampaian pesan dengan saling  mengenal tanda-tanda atau ciri-ciri orang, baik lewat nama, cara berbicara, watak dan karakter, dan berbagai aspek lainnya.
9.             Tawashi
Salah satu bentuk komunikasi yang menghubungkan orang-orang terdekat dan orang-orang khusus, sehingga terjalin suasana hati yang lebih dekat dan akrab.
10.         Nasihat
Ajakan yang mengandung kebaikan dan larangan yang mencegah mencegah kerusakan. Dapat berarti arahan yang baik, ajaran atau pelajaran yang baik, anjuran atau petunjuk yang baik.
11.         Irsyad
Menunjukkan jalan yang lurus dan membimbing orang yang tersesat untuk kembali ke jalan yang lurus dengan mengoptimalkan potensi yang ada pada orang yang dibimbing.
12.         Wa’dz atau Mau’idzah
Mengingatkan kebaikan yang membuat hati menjadi lembut.
13.         Idkhal al-Surur
Yaitu menyampaikan pesan dengan membahagiakan orang lain baik melalui perkataan maupun perbuatan.
BAB 5
FUNGSI-FUNGSI KOMUNIKASI ISLAM
A.           Pendahuluan

ISTILAH KOMUNIKASI
FUNGSI
Naba’ dan Khabar
Menginformasikan
Hiwar dan Jidal
Meyakinkan
Tadzkir dan Indzar
Mengingatkan
Tabligh dan Tabsyir
Memotivasi
Ta’aruf
Sosial
Irsyad dan Wasiat
Bimbingan
Mau’idzah dan Nasihat
Kepuasan Spiritual
Idkhal Al Surur
Menghibur

B.            Fungsi – Fungsi Komunikasi
1.      Fungsi Informasi
Informasi adalah kehidupan, karena sejak lahir seluruh perangkat untuk menyerap informasi seperti mata, telinga dan hati sebagai perangkat utama kehidupan sudah terpasang dan siap difungsikan. Selain alat peangkap informasi, Allah juga sudah menyiapkan perangkat untuk menyampaikan kembali informasi yang telah ditangkap kepada orang lain.

2.      Fungsi Meyakinkan
Di antara fungsi penting komunikasi islam adalah fungsi meyakinkan. Fungsi meyakinkan artinya membuat ide, pendapat, gagasan yang kita miliki bisa diterima oleh orang lain dengan senang hati dan tidak terpaksa. Fungsi meyakinkan dalam komunikasi islam bisa dicapai diantaranya dengan metode hiwar dan jidal.

3.      Fungsi Mengingatkan
Lupa adalah sifat yang tidak bisa berpisah dari manusia. Diantara penyebab lupa adalah:
·      Tergesa – gesa
·      Faktor godaan syetan
·      Faktor keturunan
·      Faktor usia
·      Menganggap remeh suatu masalah
Metode yang digunakan agar tidak mudah lupa diantaranya :
·      Menjaga kesehatan tubuh
·      Hidup yang tertata
·      Mencari suasana yang nyaman, aman dan tenang
·      Selalu membaca dan melakukan kajian
·      Tidak terburu – buru dalam melakukan pekerjaan
Diantara masalah yang paling banyak dilupakan dan dilalaikan manusia adalah masalah agama. Dakwah agama adalah salah satu cara untuk menginformasikan kepada manusia agar selalu ingat tentang tujuan hidup dan bagaimana mengisi hidup yang sebenarnya. Metode komunikasi dalam dakwah yang paling cocok untuk merealisasikan fungsi mengingatkan adalah metode tadzkir dan indzar.
4.      Fungsi Memotivasi
Manusia dalam hidupnya memerlukan charge karena semangat hidup manusia secara umum tidak stabil. Charge itu yang disebut dengan motivasi. Metode memotivasi diri sendiri adalah metode yang paling ideal. Selain metode memotivasi diri sendiri manusia juga bisa termotivasi jika mendapat suntikan motivasi dari orang lain. Komunikasi adalah salah satu metode untuk menyuntikkan motivasi kepada orang lain. Metode yang paling cocok untuk menyuntikkan motivasi dalam komunikasi islam adalah metode tablig dan tabsyir.
5.      Fungsi Sosialisasi
Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari berbagai macam kebutuhan. Kebutuhan manusia itu diantaranya :
·      Kebutuhan Fisiologi Dasar
·      Kebutuhan Rasa Aman
·      Kebutuhan Sosial untuk di cintai dan di sayangi
·      Kebutuhan akan penghargaan
·      Kebutuhan aktualisasi diri
Tidak mungkin sosialisasi dilakukan tanpa komunikasi. Dalam Al Quran fungsi sosialisasi disebut dengan ta’aruf. Ta’aruf adalah salah satu metode komunikasi yang sangat efektif.

6.      Fungsi Bimbingan
Diantara fungsi komunikasi adalah utnuk membimbing manusia. Dalam komunikasi islam, fungsi emmbimbing di sebut dengan irsyad. Ada empat fokus utama komunikasi dalam membimbing seseorang : pertama, membimbing orang untuk melakukan kebaikan dan menangkal mereka untuk melakukan perbuatan negatif. Kedua, memperbaiki atau memulihkan kondisi mereka yang sudah rusak. Ketiga, mengarahkan orang untuk menemukan potensi yang dimiliki dan keempat mengembangkan potensi manusia agar lebih maksimal.
7.      Fungsi Kepuasan Spiritual
Metode yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan spiritual manusia adalah mau’idzah dan nasihat kepada mereka.
8.      Fungsi Hiburan
Ketika mendapatkan kebahagiaan, islam mengajarkan kepada penganutnya agar mengucapkan syukur atas nikmat yang telah didapat. Kata bisa membuat orang menjadi tentram, meskipun tidak jarang kata itu melukai. Memasukkan kebahagiaan hati kedalam hati orang lain didalam hadits disebut dengan idkhal al surur.
BAB 6
BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI ISLAM
A.  Pendahuluan
Objek kajian ilmu komunikasi islam terdiri dari tiga bentuk komunikasi yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Tiga bentuk komunikasi itu adalah komunikasi manusia dengan Allah, komunikasi manusia dengan dirinya sendiri, dan komunikasi manusia dengan yang lainnya.
B.  Bentuk – Bentuk Komunikasi Islam
1.             Komunikasi Ilahiah
Yaitu komunikasi antara manusia dengan Tuhannya.
2.             Pola komunikasi manusia dengan penciptanya
a.  Pola komunikasi dengan manusia pilihan
1.    Komunikasi langsung
Contoh komunikasi Allah dengan Nabi Musa, QS an-Nisa’: 163-164
2.    Komunikasi dengan wahyu
Komunikasi yang paling lazim terjadi pada semua nabi.
3.    Pola komunikasi dengan manusia biasa
Shalat, zikir, istigfar, tilawah Al-Qur’an.
C.  Komunikasi Intrapersona
Yaitu komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Dalam Komunikasi bentuk ini, seorang komunikator juga berperan sebagai komunikan.
D.  Komunikasi Antar Manusia
1.    Komunikasi antar persona (komunikasi antar pribadi)
Komunikasi yang dilakukan oleh dua orang. Misalnya komunikasi orang tua dengan anaknya, seorang dokter dengan pasiennya, suami dan istrinya dan sebagainya.
Karakteristik komunikasi antar pribadi:
a)    Melibatkan paling sedikit dua orang;
b)   Memiliki umpan balik atau feedback;
c)    Tidak harus melaui tatap muka;
d)   Tidak harus bertujuan;
e)    Menghasilkan beberapa pengaruh atau efek;
f)    Tidak harus dengan kata-kata;
g)   Dipengaruhi oleh konteks; dan
h)   Dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise.
2.    Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok terjadi karena adanya ikatan keluarga, persamaan suku, bagian dari tempat kerja, dan sebagainya.
3.    Komunikasi massa
Yaitu suatu proses penyampaian pesan melalui media massa kepada sejumlah besar orang. Empat tanda pokok komunikasi massa: 1) bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis; 2) bersifat satu arah;3) bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim; 4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar.

BAB 7
PRINSIP-PRINSIP DASAR ILMU KOMUNIKASI
A.  Pendahuluan
Komunikasi islam tunduk dengan sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Dari dua sumber inilah prinsip-prinsip dasar ilmu komunikasi Islam diambil. Dengan memahami prinsip-prnsip dasar ilmu komnikasi dalam Islam diharapkan pembaca akan memiliki rambu-rambu yang membantunya dalam berkomunikasi sesuai dengan aturan umum ajaran Islam. Prinsip-prinsip ini berlaku umum untuk segala bentuk komunikasi dengan sesama manusia.
B.  Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam
1.    Prinsip Ikhlas
Ikhlas secara bahasa berarti suci, bersih dari noda. Ikhlas menurut istilah adalah kerja yang dilakukan oleh hati untuk mensucikan dirinya dari berbagai motif yang tidak benar. Prinsip ikhlas ini adalah prinsip paling mendasar dalam komunikasi Islam. Kehilangan prinsip ini dari komunikator maupun komunikan akan membuat tujuan utama komunikasi yaitu ibadah menjadi hilang dan kekuatan pesan yang disampaikan memudar. Kehilangan prinsip ini dari salah satu pihak akan membuat proses komunikasi terhambat apalagi bertemu antara ketidak ikhlasan komunikator dengan komunikan.
2.    Prinsip Pahala dan Dosa
Prinsip ini menjalaskan bahwa setiap pesan atau pernyataan yang keluar itu mengandung konsekuensi pahala atau dosa. Lisan memiliki peran kunci dalam berkomunikasi, apakah membawa kita kepada kesuksesan atau kehancuran.
Agar lisan kita tidak menjadi alat pengumpul dosa tetapi selalu memproduksi pahala, maka Islam membimbing manusia terutama untuk melakukan langkah-langkah berikut:
a.    Islam melarang berkata kotor dan kasar
b.    memberikan motivasi agar selalu berkata yang baik
3.    Prinsip Kejujuran
Kejujuran dalam menyampaikan pesan adalah prinsip mendasar dalam komunikasi Islam. Tidak tegaknya prinsip ini akan berakibat fatal buat kehidupan manusia.
Di antara bentuk kejujuran dalam berkomunikasi adalah:
a.    Tidak memutarbalikkan fakta
b.    Tidak berdusta
4.    Prinsip Kebersihan
  Pesan yang baik akan mendatangkan kenyamanan psikologis bagi penerimanya, sedangkan pesan-pesan sarkastik, jorok, berdarah-darah, pertengkaran, perselingkuhan, adu domba, gosip, umpatan, dan sejenisnya akan berdampak pada keruhnya hati.
5.    Prinsip Positif
Pesan positif sangat berpengaruh bagi kebahagiaan seseorang dalam kondisi apapun dia berada. Seorang komunikator yang sering mengirim pesan positif kepada komunikan akan menyimpan modal yang banyak untuk berbuat yang positif.
6.    Prinsip Paket (Hati, Lisan, dan Perbuatan)
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dalam satu paket lengkap. Ada unsur jiwa dan ada unsur raga. Gerak raga dalam konsep Islam dipengaruhi secara kuat oleh hati atau jiwa. Artinya, lisan akan berbicara yang baik manakala hatinya baik, dan lisan tidak akan mampu berbicara dengan baik dan lancar tanpa kendali dari jiwanya, yang diucapkannya akan terasa hambar.
7.    Prinsip Dua Telinga Satu Mulut
Isyarat agar kita berhati-hati dalam berbicara dan banyak mendengar adalah pada struktur fisik kita yang diciptakan dengan dua telinga dan satu mulut. Setelah informasi ditangkap oleh telinga, informasi tersebut disaring oleh perangkat akal dan sebelum dikeluarkan oleh lisan melalui mulut.
8.    Prinsip Pengawasan
Prinsip pengawasan muncul dari kepercayaan mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Mendengar, Maha Melihat, dam Maha Mengetahui. Selain itu, mereka juga meyakini bahwa setiap kata yang diucapkan akan dicatat oleh malaikat pencatat. Prinsip pengawasan ini akan membuat orang selalu merasa diperlihatkan dan dipantau. Orang yang selalu merasa diperlihatkan dan dipantau. Orang yang selalu merasa dipantau biasanya lebih berhati-hati dalam mengeluarkan statemen.
9.    Prinsip Selektivitas dan Validitas
Berbicara dengan data dan informasi akurat adalah salah satu ciri pribadi berkualitas. Selain menambah kredibilitas, informasi yang akuratmenghindarkan kita jatuh kepada kesalahan yang berujung pada penyesalan.
10.  Prinsip Saling Memengaruhi
Di antara bentuk pengaruh strategis komunikasi adalah:
a.    Dapat mengubah pendapat orang lain
b.    Menjadi faktor yang menentukan baik buruknya manusia
11.  Prinsip Keseimbangan Berita (Keadilan)
Dengan prinsip ini, informasi yang kita terima akan lebih akurat, karena pihak yang sedang berselisih kadang-kadang memberikan informasi secara emosional dan kadang-kadang berlebihan.
12.  Prinsip Privasi
Setiap orang memiliki ruang privasi yang tidak boleh diungkapkan di pentas publik, begitu juga dengan organisasi, lembaga, dan seterusnya. Melanggar masalah privasi seperti ini di dalam Islam masuk dalam status pelanggaran hak-hak asasi manusia, yaitu melakukan pencemaran nama baik.

Sumber: Dr. Harjani Hefni. 2015. Komunikasi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group.


Lebaran Mengembalikan Ke-Jahiliyah-an

Hari raya adalah saat yang ditunggu untuk bertemu dengan kerabat sehingga sebaiknya digunakan untuk acara keluarga. Inilah...